Welcome To My Blog !!

Selasa, 10 Maret 2015

Daftar hari peringatan lingkungan

Di bawah ini adalah daftar hari peringatan lingkungan. Tanggal-tanggal ini ditetapkan untuk mempromosikan masalah lingkungan
  • Hari Peringatan Laut dan Samudera nasional - 15 Januari
  • Hari Lahan Basah Sedunia - 2 Februari
  • Hari Air Sedunia - 22 Maret
  • Hari Meteorologi Sedunia - 23 Maret
  • Hari Bumi - 22 April
  • Hari Penanaman Pohon - Jumat terakhir di bulan April
  • Hari Burung Migratori Internasional - 3 Mei
  • Hari Surya - 3 Mei
  • Hari Biodiversitas Dunia - 22 Mei
  • Hari Bersepeda Ke Kantor (Bike-to-Work Day) - Jumat Ketiga di bulan Mei
  • Hari Anti Tembakau Internasional - 31 Mei
  • Hari Lingkungan Hidup Sedunia PBB - 5 Juni
  • Hari Melawan Desertifikasi dan Kekeringan Dunia PBB - 17 Juni
  • Hari Populasi Dunia PBB - 11 Juli
  • Hari Perlindungan Lapisan Ozon Sedunia - 16 September
  • Hari Emisi Nol (Zero Emissions Day) - 20 September
  • Hari Bebas Mobil (Car Free Day) - 22 September
  • eDay - 4 Oktober di 2008
  • Hari Habitat Dunia PBB - Senin pertama di bulan Oktober
  • Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional - 13 Oktober
  • Hari Peringatan Sedunia untuk Mencegah Eksploitasi Lingkungan dalam Perang dan Konflik Bersenjata - 6 November
  • Hari Pohon - 21 November
  • Hari Gunung Sedunia - 11 Desember
  • Hari Aksi Ozon - Pada waktu tertentu di musim panas

Senin, 09 Maret 2015

Apa itu Holtikultura ???

Pengertian
Hortikultura adalah pelafalan Indonesia istilah Inggris horticulture. Istilah ini dirakit dari kata latin hortus yang berarti kebun atau halaman (Anon., 1960). Maka hortikultura diberi arti pembudidayaan suatu kebun. Ada yang member arti seni membudidayakan tanaman kebun atau cara budidaya yang dilakukan dalam suatu kebun. Secara lebih khusus hortikultura disebut seni menanam tanaman buah, sayuran, dan tanaman hias atau ilmu pertanian yang berkaitan dengan pembudidayaan kebun, termasuk penanaman sayuran, buah, bunga, dan semak serta pohon hias.
Peranan hortikultura :
a). Memperbaiki gizi masyarakat,
b). Memperbesar devisa negara,
c). Memperluas kesempatan kerja,
d). Meningkatkan pendapatan petani, dan
e). Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
Sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu :
a). Tidak dapat disimpan lama,
b). Perlu tempat lapang (voluminous),
c). Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,
d). Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain,
e). Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki daya saing yang kuat, apabila kita tidak meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu bersaing, bukan hanya di pasar luar negeri, tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang telah nampak pada kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, buah-buahan dan lainnya.
Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi. Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian (Siswono Yudohusodo, 1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya (Dudung Abdul Adjid, 1993).
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan hortikultura pada khususnya, karena dalam pengusahaannya dituntut untuk efisien, mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu pengolahan hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh karena itu dalam pengembangan hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi lebih menitik beratkan pada pengembangan komoditi yang berorientasi pasar (agribisnis).
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu penerapan sistem budidaya hortikultura yang lebih baik serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan, pertanian organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Teknologi yang saat ini diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat, seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Disamping hasil positif dengan peningkatan produksi, penggunaan masukan modern juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut :
• Penggunaan pupuk buatan mendatangkan pencemaran pada air permukaan dan air tanah dengan adanya residu nitrat dan fosfat, dan tanah menjadi semakin berkurang kesuburannya karena penggunaan pupuk berlebihan.
• Penggunaan varietas unggul yang monogenik dan seragam secara spesial dan temporal mengurangi keanekaragaman hayati, dan hilangnya berbagai jenis tanaman asli.
• Penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan resistensi, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, terbunuhnya binatang bukan sasaran dan residu racun pada buah dan sayuran serta lingkungan.
• Selain itu kegiatan pertanian secara intensif juga berperan dalam proses pemanasan bumi atau efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon antara lain melalui emisi gas metan dan N2O akibat penggunaan pupuk buata
( Kasumbogo Untung, 1994)
Salah satu tujuan pengembangan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani yang dicapai melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Menurut Amrin Kahar (1994) upaya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pemanfaatan IPTEK yang mencakup kegiatan :
• Menghasilkan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan oleh para peneliti
• Penyampaian teknologi yaitu menyampaikan dan mengembangkan teknologi yang dihasilkan peneliti melalui para penyuluh kepada para pengguna
• Penggunaan teknologi, yaitu penerimaan dan adopsi teknologi oleh para petani.
Puslitbang Hortikultura menekankan kegiatan dari program penelitian hortikultura dewasa ini mencakup beberapa bidang (Adhi Santika , 1994), yaitu :
Bidang Penelitian Teknologi Pertanian meliputi :
a) Rekayasa genetik dan perbaikan mutu bebrapa tanaman hortikultura
b) Diversifikasi produk tanaman hortikultura
c) Peningkatan efisiensi produk dan standar mutu
d) Rekayasa, rancang bangun dan pengujian alat dan mesin pertanian termasuk konstruksi rumah kaca (Green House) dan pengendalian suhu, penanganan produk segar dan pengemasan hasil.
Bidang Penelitian Sarana dan Prasarana meliputi : Sistem produksi, penyimpanan dan distri- busi benih dan bibit hortikultura.
Bidang Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, meliputi :
a) Pemanfaatan lahan marginal untuk pengembangan hortikultura
b) Penggunaan pestisida secara bijaksana dalam pengendalian hama penyakit tanaman hortikultura.
c) Konservasi, karakteristik, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
Bidang Penelitian Sunber Daya Manusia, meliputi : Pengkajian perilaku dan kinerja petani serta pedagang dalam menyelenggarakan usahatani hortikultura.
Bidang Penelitian Kebijaksanaan dan Kelembagaan, meliputi :
a) Pengkajian sistem insentif, investasi usahatani hortikultura
b) Pengkajian masalah paten produk penelitian hortikultura
c) Pengkajian pembinaan, pengawasan dan sertifikasi benih dan bibit hortikultura.
Faktor-Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Pertumbuhan / Perkembangan Tanaman Hortikultura
Pengaruh iklim dan angin terhadap pertumbuhan/perkembangan tanaman hortikultura Keberhasilan dalam mengelola tanaman hortikultura, antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan fisik yang terdapat di sekitar tanaman, mulai dari pertumbuhan vegetatif sampai pertumbuhan generatif (pembungaan dan produksi).
Pengaruh lingkungan fisik terhadap tanaman hortikultura tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi oleh beberapa faktor, seperti suhu, intensitas penyinaran, kelembaban, dan angin yang saling bersinergi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Walaupun demikian, ketinggian tempat (altitude) dapat merupakan faktor pembatas dari faktor lingkungan fisik lainnya.
Tanah merupakan faktor lingkungan fisik yang sangat diperlukan oleh tanaman sebagai media tumbuh, sumber zat hara dan mineral, dan nutrisi tanaman sehingga tanaman dapat berproduksi dengan baik. Indonesia dan kebanyakan negara tropis, jenis tanah didominasi oleh tanah oxisol dan ultisol, tipe tanah yang memiliki kandungan serta cekaman kation yang rendah. Untuk dapat memperbaiki kondisi tanah tipe tersebut maka pemberian bahan-bahan organik sangat diperlukan, terutama untuk produksi tanaman hortikultura jenis sayuran. Air merupakan komponen terpenting bagi pertumbuhan tanaman yang digunakan untuk berbagai proses fisiologi. Berdasarkan perbedaan keperluan tanaman akan air, tanaman dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Tanaman xerofit (gurun pasir), tanaman yang menggunakan air sangat sedikit untuk proses fisiologinya,
2. Tanaman mesofit, tanaman yang menggunakan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit untuk pertumbuhannya, dan
3. Tanaman hidrofit (yang hidup tergenang di air), yaitu tanaman yang akan air sangat banyak untuk pertumbuhannya.
6 (enam) pilar kegiatan pengembangan hortikultura tersebut adalah:
1. Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura,
2. Penataan Manajemen Rantai Pasokan (supply chain management),
3. Penerapan Budidaya Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP),
4. Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura,
5. Pengembangan Kelembagaan Usaha,
6. Peningkatan Konsumsi dan akselerasi ekspor.
Ke semua program tersebut di atas menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan tergantung sehingga tidak dapat di pisah – pisahkan.
Keadaan Usaha Hortikultura di Indonesia
• Usaha mempunyai lahan yang terbatas. Sebagian tanaman dibudidayakan di pekarangan.
• Masyarakat masih menggunakan cara tradisional untuk budidaya. Ada yang memperoleh bibit ala kadarnya sehingga terkadang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan. Hal ini juga tercermin dalam pemupukan dan pemberantasan hama
• Biasanya mempunyai jenis tanaman yang heterogen
• Penanganan hasil panen masih sederhana. Sebagian daerah pegunungan masih mengandalkan sayuran sebagai hasil utama. Di dataran rendah mengandalkan bunga potong. Sedangkan buah-buahan masih belum mendapatkan porsi perhatian yang memadai.
Kendala Budidaya Tanaman Hortikultura
 Sebagian besar mutu produk hasil tanaman hortikultura masih perlu ditingkatkan. Sebagai Negara agraris, kualitas produk di negeri ini masih kalah dengan Thailand
 Daerah tropis mempunyai keuntungan dan kerugian. Salah satu kerugiannya adalah serangan hama dan penyakit dengan durasi waktu yang lama
 Beberapa buah dan sayuran di negeri ini mempunyai ukuran yang lebih kecil disbanding produk Negara lain
 Tekstur yang memikat, bentuk yang proposional hingga warna yang mengundang selera masih belum mewarnai sebagian besar produk hortikultura negeri ini.
 Akumulasi pestisida di lahan pertanian.
Pengembangan Kawasan Hortikultura.
Kawasan Agribisnis Hortikultura merupakan suatu wilayah dengan kesamaan ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur ekonomi yang sama sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pasca panen, dan pemasaran serta berbagai kegiatan pendukungnya
Tujuan pengembangan kawasan hortikultura adalah :
(1) Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian,
(2) Mengembangkan keanekaragaman usaha pertanian yang menjamin kelestarian fungsi dan manfaat lahan,
(3) Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan Negara,
(4) Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat petani, dan
(5) Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat disekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.
Manfaat dari pengembangan kawasan hortikultura 
(1) Pengembangan kawasan hortikultura memungkinkan penanganan berbagai komoditas hortikultura secara terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristriknya,
(2) Membuka kesempatan semua komoditas hortikultura yang penting disuatu kawasan ditangani secara proposional serta tidak mendorong daerah menangani komoditas prioritas nasional yang tidak sesuai untuk daerahnya,
(3) Pengembangan kawasan hortikultura dapat menjadi wadah dan wahana bagi pelaksana desentralisasi pembangunan secara nyata dengan pembagian dan keterkaitan fungsi antar tingkatan pemerintah secara lebih proposional. Ekstrenalitas pengembangan kawasan yang bersifat lintas wilayah administratif menuntut pembagian kewenangan dan keterkaitan fungsi yang kuat dan harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten,
(4) Critical mass penggalangan sumberdaya akan lebih tercipta sehingga sinergi dari berbagai sumberdaya tersebut akan terjadi, dan
(5) Akan terjadi kejelasan karakter dan pengukuran kinerja untuk jenis kegiatan pengembangan dan perbaikan kawasan, sehingga akan tercipta insentif bagi para pelaksana di kabupaten untuk kedua jenis kegiatan tersebut dibandingkan dengan kecenderungan selama ini yang lebih mementingkan kegiatan pengembangan daripada pemantapan (perbaikan), serta
(6) Akan terjadi kegiatan ekonomi di kawasan dan sekitarnya yang mempercepat pertumbuhan pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya sektor – sektor usaha terkait (Backward and forward linkages).
Medium Tumbuh Buatan
Hidroponik dapat dipilahkan menjadi berbagai ragam menurut system dan metode budidayanya. Semua ragam hidroponik yang khusus diterapkan pada tanaman hias di rumah dan kantor diberi istilah khusus hidrokultur. Klasifikasi hidroponik adalah sebagai berikut :
 Kultur air
 Aeroponik
 Kultur pasir
 Kultur krikil
 Vermikulaponik
 Kultur rock wool
Intervensi manusia terhadap lingkungan fisik di sekitar tanaman hortikultura
Untuk memperoleh produksi yang optimum pada tanaman hortikultura manusia melakukan intervensi dengan mengusahakan berbagai cara untuk menanggulangi permasalahan faktor lingkungan yang terdapat di sekitar tanaman, yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknik, seperti mengatasi kendala faktor cuaca, mengatasi kekurangan atau kelebihan air, menanggulangi erosi, mengatasi tanah yang terlalu asam atau terlalu basa, dan sebagainya.
Kendala yang disebabkan oleh faktor cuaca yang berada di sekitar tanaman antara lain diatasi dengan pembuatan rumah kaca atau green house yang mempunyai berbagai tujuan, seperti: menghindari cuaca buruk, memilih tempat penanaman sesuai dengan yang kita inginkan, mengendalikan hama dan penyakit, dan dapat berproduksi sepanjang tahun.
Ketersediaan air di dalam tanah adalah mutlak bagi tanaman, namun kelebihan atau kekurangan air dapat berakibat fatal karena akan mengurangi produksi atau bahkan kematian tanaman tersebut. Untuk menjaga kelembaban tanah sesuai yang dibutuhkan tanaman, manusia melakukan intervensi dengan membuat bedengan, guludan, dan sistem irigasi pada lahan tergenang di dataran rendah. Sedangkan untuk menghindari kekeringan dilakukan sistem penyiraman baik secara modern pada perkebunan skala besar ataupun di kebun dalam skala kecil.
Pembuatan sistem terassering merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian yang cukup curam, seperti di daerah perbukitan. Upaya pembuatan sistem terassering berbeda untuk setiap jenis tanah dan kemiringan lahan. Oleh karena itu, dikenal beberapa macam teras seperti teras datar (level terrace), teras kridit (ridge terrace), dan teras bangku (bench terrace).
Pemulsaan, merupakan salah satu bentuk intervensi manusia yang dilakukan untuk tujuan menjaga kelembaban tanah, mencegah pembusukan yang disebabkan oleh jamur, bakteri, bahkan virus, melindungi tanah dari erosi, dan menghambat pertumbuhan gulma.
Tanah pertanaman hortikultura harus memiliki tingkat keasaman dalam rentang yang dapat diterima oleh tanaman (berkisar 5,5 – 6,8). Bagi tanah yang terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan pemberian kapur talk, kalsit, dan dolomit. Sedangkan pada tanah yang terlalu basa, pH dapat diturunkan dengan menambahkan Sulfur atau belerang ke dalam tanah.
Perbanyakan Tanaman Hortikultura
a. Perbanyakan generatif pada tanaman hortikultura
Perbanyakan pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu perbanyakan secara seksual (sexual reproduction) dan perbanyakan secara aseksual (asexual reproduction).
Perbedaan dari kedua jenis perbanyakan tersebut, adalah pada perbanyakan generatif terjadi pertemuan antara sel sperma dengan sel telur sehingga tanaman anakkan yang dihasilkan dapat memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan tanaman induk. Sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan bagian organ tanaman induk (daun, akar, batang, dan sebagainya) sehingga tanaman yang terbentuk memiliki sifat yang sama persis dengan tanaman induk.
Perbanyakan secara generatif melibatkan organ reproduktif pada tanaman, yaitu alat reproduksi jantan (stamen), yang terdiri dari anthera (kantung serbuksari) dan filamen serta, alat reproduksi betina (pistil), yang terdiri dari stilus, bakal buah (ovary), dan sel telur (ovul).
Teknik rekayasa genetika pada dasarnya adalah introduksi gen unggul dari suatu tanaman (x) ke tanaman lain (y) dengan maksud untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat unggul. Teknik tersebut dapat mengekspresikan sifat yang diinginkan secara lebih tepat, cepat, dan akurat.
b. Perbanyakan vegetatif: stek dan cangkok
Perbanyakan tanaman dengan cara stek dan cangkok merupakan cara perbanyakan secara vegetatif. Kedua cara tersebut jarang dilakukan untuk perbanyakan secara besar-besaran karena perbanyakan dalam jumlah yang besar dapat mengganggu sistem fisiologi dan merusak bentuk morfologi tanaman induk sehingga kemudian dapat menurunkan produktivitas tanaman induk.
Perbedaan antara perbanyakan dengan stek dan cangkok adalah bahwa dengan cara stek, sistem perakaran terbentuk setelah bahan tanam dipisahkan dari tanaman induk. Sedangkan dengan cara cangkok, stimulasi pertumbuhan akar dilakukan terlebih dahulu sebelum bahan tanam dipisahkan dari tanaman induk.
Dilihat dari bahan tanam yang digunakan, perbanyakan dengan stek dapat dibedakan menjadi 3, yaitu stek daun, stek batang, dan stek akar. Pemilihan bahan tanam yang akan digunakan tergantung pada jenis tanaman yang akan diperbanyak. Beberapa tanaman lebih mudah diperbanyak dengan daun, sedangkan tanaman lainnya lebih mudah diperbanyak dengan batang atau akar.
Perbanyakan cangkok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu cangkok di atas permukaan tanah dan cangkok di bawah permukaan tanah.
Dibandingkan tanaman berkayu yang diperbanyak dengan biji maka tanaman berkayu hasil cangkok mempunyai kelemahan, yaitu memiliki sistem perakaran yang dangkal sehingga tidak dapat menjangkau air yang berada jauh di dalam tanah serta mudah rebah jika diterpa angin kencang.
c. Perbanyakan vegetatif: sistem sambung
Seperti halnya perbanyakan vegetatif dengan stek dan cangkok, perbanyakan dengan cara sambung selain dapat memperbanyak tanaman dalam jumlah besar juga dapat menghasilkan tanaman yang memiliki keunggulan seperti yang dimiliki oleh tanaman induk.
Terdapat 3 macam teknik sambung, yaitu susuan, sambung pucuk, dan okulasi.
Meskipun cara yang dilakukan pada ketiga teknik tersebut berlainan, namun demikian prinsip dari ketiga cara perbanyakan tersebut adalah sama, yaitu terjadinya pertautan antara kambium batang atas dengan kambium batang bawah.
Kegunaan perbanyakan dengan teknik sambung adalah sebagai berikut.
a. memperbaiki sifat tanaman sehingga tanaman baru hasil sambung memiliki keunggulan seperti yang kita inginkan,
b. mendapatkan pohon yang relatif pendek sehingga memudahkan di dalam pemanenan,
c. meningkatkan produksi dengan menambah jumlah tunas,
d. mendapatkan tanaman yang dapat berproduksi secara cepat ( termasuk mengganti tanaman berkayu dengan varietas baru),
e. mendapatkan tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan dengan menggunakan akar atau tanaman lain yang sesuai dengan lingkungan sekitar,
f. mendapatkan tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit dengan menggunakan batang atas yang tahan terhadap hama dan penyakit tertentu.
PERUBAHAN FISIOLOGIS PRODUK HORTIKULTURA SETELAH PANEN 
Kalau produk hortikultura masih di pohon maka produk tersebut masih medapatkan pasokan / suplai apa saja yang diperlukan dari dalam tanah seperti air, udara serta unsur hara dan mineral-mineral yang diperlukan untuk sintesis maupun perombak tetapi kalau produk tersebut sudah lepas dengan tanamannya/dipanen maka pasokan tersebut sudah tidak terjadi lagi/tidak berlangsung lagi. Kegiatan sintesis yang utama dalam organ yang masih melekat pada tanaman adalah pada aktifitas proses fotosintesis tetapi kalau sudah lepas proses fotosintesis ini sudah tidak terjadi lagi, tetapi proses metabolisme tetap berlangsung baik sintesis maupun perombakan. Proses metabolisme pada buah-buahan maupun sayur-sayuran yang telah lepas dari pohonnya pada dasarnya adalah transpormasi metabolis pada bahan-bahan organis yang telah ada atau telah dibentuk selama bagian tersebut masih dalam pohon yang bersumber dari aktifitas proses fotosintesis. Selain itu juga terjadi pegurangan kadar air dari dalam produk hortikultura tersebut baik karena proses pengeluaran lewat permukaan produk maupun oleh proses metabolisme oksidatif termasuk proses respirasi dari produk yang tetap terus berlangsung.
JENIS KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA
1. Kehilangan Berat dan Kualitas
Secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum sampai ke konsumen atau dalam simpanan penyebab kerusakan yang utama adalah terjadinya kehilangan air dari produk tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian atau dapat ditolelir, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan menyebabkan hasil panen yang diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura menjadi mengkerut.
2. Mikroorganisme
Agar produk hortikultura tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan kelembaban lingkungan simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi dipenyimpanan sering menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan. Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan akan menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek sehingga akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.
Agar produk hortikultura yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh mikroorganisme, diantaranya diupayakan dengan:
• Menjaga kebersihan pada seluruh ruang penyimpanan
• Menjaga sirkulasi uara pada ruang
• Mengurangi terjadinya proses pegembunan pada produk yang dikemas
• Mengurangi / menghindari menjalarnya perkembangan spora dari jamur.
• Menggunakan bahan pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama kurang lebih dua (2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa dipergunakan bahan kimia seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan Calsium Hypochlorit.
USAHA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PRODUK HORTIKULTURA DALAM SIMPANAN
1. Sanitasi
Ruang penyimpanan produk hortikultura perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih dan sehat hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang disimpan tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme lainnya.
Dalam sanitasi sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun seperti insektisida, untuk penggunaannya perlu memperhatikan konsep keamanan pangan / HACCP
2. Refrigeration
Tujuan dari refrigerasi dalam ruang penyimpanan produk hortikultura terutama adalah untuk menekan aktivitas enzym respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah mungkin sehingga laju respirasinya sekecil/selambat mungkin produk hortikultura yang disimpan tetap terjaga kesegarannya.
3. Pelilinan (Waxing)
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Maksud dari pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk simpanan), sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.
4. Irradiasi
Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura yang disimpan serta perpanjangan umur simpannya baik itu produk buah-buahan maupun sayur-sayuran segar dapat dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan mempergunakan sinar Gamma.
5. Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi
Perlakuan dengan menggunakan senyawa kimiawi telah banyak dipergunakan dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan produk-produk pertanian termasuk produk hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran, dan dapat dikatakan sebagai cara yang umum dilakukan atau biasa dilakukan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian senyawa kimia adalah penggunaan tetap menjaga keamanan pangan sehingga tidak memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat produk hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi dalam bentuk mentah / bukan olahan.
6. Pengemasan.
Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan pewadahan / pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk sehingga produk dapat tetap segar.





gambar tanaman holtikultura

Source : https://mirsadiq.wordpress.com/2012/01/08/hortikultura-2/

Senin, 23 Februari 2015

Biopori



Defenisi Biopori menurut saya adalah, lubang resapan yang dibuat dengan sengaja, dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan (diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm) yang ditutupi sampah organik yang berfungsi sebagai penyerap air ke tanah dan membuat kompos alami. Seperti postingan saya yang lalu yang berjudul Biopori: Solusi Teknologi Ramah Lingkungan menyebutkan bahwa Biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan. 


Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

CARA PEMBUATAN




1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 c. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanag bila air ternyata dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2 cm disekeliling mulut luang.

3. Isi lubang dengan sampah organik yang erasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.

5.Kompos yang terbantuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.


JUMLAH LUBANG RESAPAN BIOPORI YANG DISARANKAN
Jumlah LRB = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / laju resapan air per lubang (liter/jam)

the image

Contoh: untuk daerah dgn itensitas hujan 70 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 150 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (70x150) / 180 = 58 lubang LBR.


4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) untuk Mengurangi Sampah


Sampah sangat lekat dengan kehidupan manusia, karena setiap aktivitas yang kita lakukan selalu menghasilkan sampah dari material pendukung yang sudah tidak terpakai. Misalnya, kita minum air mineral menggunakan botol plastik yang botolnya akan menjadi sampah setelah tak terpakai. Akivitas kita sehari-hari tentu sangat banyak. Sehingga sampah yang dihasilkan pun banyak. Apalagi sampah rumah tangga seperti sisa-sisa sayuran, kemasan makanan, dan sebagainya. Itu baru rumah, bagaimana dengan restoran, perkantoran, mall, tempat wisata, sekolah, rumah sakit, dan pabrik-pabrik? Sangat banyak pastinya.
Sampah yang Menumpuk Menimbulkan Berbagai Masalah Lingkungan
Sampah yang menumpuk setiap harinya menimbulkan berbagai masalah. Di samping masalah kesehatan, juga ada masalah lingkungan. Sampah dapat menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. Sampah di sungai dapat menyumbat aliran air dan mengganggu ekosistem perairan. Sampah yang menumpuk juga menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kegiatan masyarakat dan merusak kesuburan tanah.

Bagaimana mengatasinya? Ya… dengan mengurangi sampah. Jangan sampai sampah menumpuk, menumpuk, dan semakin menggunung. Caranya? Jangan dibakar! Karena hanya akan menimbulkan pencemaran udara. Untuk mengurangi sampah, cara yang cukup efektif dan banyak digemakan oleh para pecinta lingkungan adalah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Nah, disini saya ingin menambahkan 1 R lagi, yaitu Replace sehingga menjadi 4R. Penasaran? Berikut ini penjelasan mengenai 4R.

1. Reduce (Mengurangi)
Agar tidak banyak menghasilkan sampah kita bisa meminimalisir penggunaan benda-benda sekali pakai yang bisa menjadi sampah. Contohnya:
    Jajanan Sekolah yang Banyak Menggunakan Kemasan Plastik
  • Ketika berbelanja, sebaiknya membawa tas belanja sendiri sehingga tidak perlu lagi menggunakan kantong plastik.
  • Jangan sering-sering membeli minuman kemasan botol. Kalau minuman sudah habis, botolnya hanya menambah sampah.
  • Kurangi jajan. Jajanan di sekolah-sekolah biasanya menggunakan kemasan plastik, seperti snack, permen, minuman, juga makanan yang dijual ‘abang-abang’ PKL. Selain tidak menimbulkan sampah, dengan tidak banyak jajan kita terhindar dari berbagai penyakit karena jajanan berpotensi mengganggu kesehatan.
  • Apabila kamu sering membeli koran atau majalah, jangan langsung dibuang setelah dibaca. Sebaiknya didaur ulang atau dijual ke tukang loak.
  • Usahakan mengeprint atau fotokopi secara bolak-balik. Dengan demikian, jumlah kertas yang diperlukan lebih sedikit. Lebih baik lagi bila menggunakan kertas-kertas HVS bekas yang baru dipakai 1 halaman, sementara halaman satunya masih kosong. Halaman kosong tersebut masih bisa digunakan untuk mengeprint tugas sekolah. Sudah banyak guru yang membolehkan, bahkan menganjurkan hal tersebut (misalnya guru saya). Guru yang baik akan menerima apabila siswanya melakukan hal tersebut karena kesadaran akan keselamatan lingkungan. Tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga dapat menghemat kertas yang secara tidak langsung dapat menyelamatkan hutan.
  • Hilangkan sifat konsumtif. Masyarakat Indonesia terkenal cukup konsumtif, sehingga sangat sering berbelanja dan mengonsumsi barang. Barang-barang, baik makanan, pakaian, alat elektronik, perabot rumah tangga, semua dijual menggunakan kemasan. Oleh karena itu, belilah barang yang dibutuhkan saja. Jangan berbelanja secara berlebihan.

  • 2. Reuse (Menggunakan Kembali)
  • Orang-orang kreatif biasanya mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna, bahkan bernilai jual. Dengan menggunakan kembali benda-benda tidak terpakai, sampah menjadi berkurang dan kita tidak perlu lagi membeli barang karena barang yang kita perlukan dapat kita buat sendiri menggunakan barang tak terpakai tersebut. Contoh-contoh lainnya yaitu:
      Berbagai Kerajinan dari Sampah Plastik
    • Biasakan untuk tidak membuang kantong plastik yang kita dapat dari pasar, warung, mall, ataupun supermarket. Kantong plastik tersebut sebaiknya dikumpulkan agar dapat digunakan kembali apabila kita membutuhkan kantong untuk membawa barang.
    • Gunakan kaleng-kaleng bekas sebagai tempat pensil, pot tanaman, celengan, dan sebagainya. Agar lebih indah, kaleng tersebut bisa dicat dan dihias menggunakan kreativitas kita.
    • Gunakan kembali baju-baju bekas tak terbakai sebagai lap atau keset. Dengan kreativitas, kita juga bisa membuat selimut, serbet, taplak meja, tas, atau dompet dari kain-kain bekas.
    • Belajarlah membuat kerajinan (handycraft)dari barang-barang bekas. Menciptakan kerajinan akan melatih keterampilan dan menumbuhkan kreativitas.

    3. Recycle (Mendaur Ulang)
    Pupuk Kompos yang Terbuat dari Sampah OrganikDengan mendaur ulang sampah, benda-benda yang tidak terpakai akan dapat dipakai lagi setelah melalui proses. Mendaur ulang sampah anorganik memang sulit bila dilakukan sendiri, tetapi kita dapat dengan mudah mendaur ulang sampah organik dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Sampah organik yang dapat dijadikan kompos yaitu dedaunan kering, sisa-sisa makanan, dan limbah rumah tangga yang berupa zat organik. 

    Jenis-jenis sampah yang memiliki 3 golongan, sebaiknya dipilah-pilah untuk memudahkan kita memberikan perlakuan kebada masing-masing golongan sampah. Misalnya untuk sampah anorganik, yang bisa kita lakukan adalah:
    • Mengumpulkan botol-botol plastik sisa minuman, kaleng-kaleng bekas, kertas-kertas bekas, koran, dan majalah.
    • Memilah-milah sampah anorganik, seperti sampah kertas, sampah plastik, dan kaleng.
    • Menyalurkannya ke petugas daur ulang dikota kamu atau tukang loak.

    4. Replace (Mengganti)
    Mengganti yang saya maksud disini adalah mengganti barang yang kita gunakan dengan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya:
    Plastik Biodegradable yang Ramah Lingkungan
    • Mengganti penggunaan kantong plastik biasa dengan plastik biodegradable. Plastik jenis ini lebih eco-friendly karena mudah diuraikan.
    • Mengganti botol minum dengan botol yang dapat digunakan berulang kali, atau botol dari bahan almuminium.
    • Jangan malu menggunakan tas yang terbuat dari kain perca batik atau plastik bekas kemasan detergen sebagai pengganti tas kamu. Tas unik dan menarik, apalagi ramah lingkungan, akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi yang memakainya.
    • Daripada menggunakan styrofoam, lebih baik bawa kotak bekal sendiri sebagai tempat makanan.


    Itulah cara-cara mengurangi sampah dan sedikit perkenalan tentang 4R (Reduce, Reuse, Recycle,Replace) untuk Mengurangi Sampah dari saya, mudah-mudahan hal-hal kecil yang telah dicontohkan dapat dilakukan sebagai bentuk partisipasi terhadap penanganan masalah lingkungan yang kini menjadi fokus utama bagi dunia. Ayo… kurangi sampah, selamatkan lingkungan!